Analitik

GAMBARAN IDEAL LAB KLINIK MENURUT GLP (2)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Yang Perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen :
a. Metode yang digunakan. Semakin ringkas metode yang digunakan semakin menghemat waktu pemeriksaan, namun perlu dilihat pula spesifisitas dan sensitifitasnya.
b. Instrumen yang digunakan. Alat manual akan mengalami waktu yang lama untuk mendapatkan hasil, namun lebih yakin dan teliti. Alat Otomatis walaupun cepat, namun banyak yang perlu dikendalikan, baik volume pengisapan alat, QC alat, kalibrasi alat, pemeliharaan yang sulit, kondisi ruangan yang khusus dan mengalami kesalahan sistematik dan kasar karenanya tidak hati-hati dan menguasainya.
c. Personal yang bekerja. Tenaga terlatih lebih baik dan cepat dalam bekerja dibandingkan tenaga yang belum terlatih atau baru bekerja. Tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap ketepatan dan ketelitian pemeriksaan. Wanita pada umumnya di Indonesia lebih teliti bekerja dibandingkan pria, namun tidak semuanya seperti itu.
d. Reagensia yang digunakan. Reagensia yang telah diakui secara Internasional lebih baik dan baku dibandingkan dengan produk home industri atau buatan sendiri secara komersial. Suhu ruangan yang digunakan mempengaruhi terhadap kualitas reagensia.
e. Ambient. Kondisi suatu ruangan dan ruang kerja meliputi : suhu, pencahayaaan, kelembaban, aliran udara sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang akan dilakukan.
f. Suplay Daya. Inilah yang sangat mempengaruhi secara keseluruhan dalam rangkaian pemeriksaan laboratorium. Listrik yang tidak stabil dapat mengganggu pengukuran secara menyeluruh. Daya listrik yang sering mati dan hidup karena pemadaman listrik dapat merusak peralatan laboratorium terutama lampu fotometer.
g. Kesehatan. Status kesehatan personal sangat berpengaruh terhadap ketelitian dan ketepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium.

2. Pemeliharaan dan kalibrasi Alat
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam prosedur tetap.
Untuk setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau didekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan.

Kalibrasi alat
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.
Alat yang perlu dikalibrasi :
a. Inkubator
1). Catat suhu inkubator pada kartu setiap hari sebelum mulai bekerja.
2). Penyimpangan suhu yang melebihi 2OC, pengatur suhu perlu disetel kembali.
b. Lemari es
1). Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital display pada freezer.
Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi, misalnya 2-8OC, -20OC atau -76OC.
2). Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar
3). Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer digital display dengan termometer standar.

c. Oven
1). Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan termometer standar.
2). Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang tercantum dalam oven dengan suhu yang ditunjukkan oleh termometer standar.
d. Pipet
1). Timbang botol timbangan dengan timbangan analitik, kemudian catat hasilnya, misalnya a mg
2). Isap akuades yang sudah diukur suhunya dengan pipet yang akan dikalibrasi, masukkan dalam botol timbang.
3). Timbang botol timbang yang sudah berisi akuades dan catat hasilnya misalnya b mg.
4). Hitung berat akuades yaitu (b-a) mg
5). Maka volume akuades adalah :
Berat akuades (b-a)
Volume = ------------------------------
BJ akuades (0,997017)
6). Hitung perbedaan antara volume hasil perhitungan di atas dengan volume yang dipipet.
e. Rotator
1). Menggunakan Tachometer
Bila kecepatan antara Tachometer dengan alat pengatur kecepatan pada rotator menunjukkan angka yang sama, berarti alat dalam keadaan baik.
2). Menggunakan cara sederhana
- Pegang pinsil secara tegak di samping plate.
- Jalankan rotator sambil melihat jam.
- Hitung sentuhan plate pada pinsil dalam waktu 1 menit.
- Bila jumlah hitungan sesuai dengan alat pengukur kecepatan, berarti alat dalam keadaan baik.
f. Sentrifuge
Kalibrasi sentrifuge dilakukan dengan mengukur keepatan permenit dan waktu. Pada refrigerated centrifuge selain kalibrasi rpm dan waktu juga perlu kalibrasi suhu.
1). Kalibrasi rpm
- Tachometer mekanik
Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di dalam, sedangkan ujung yang lain dihubungkan dengan alat meter.
Set sentrifuge pada rpm tertentu, kemudian jalankan.
Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer
Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.
- Tachometer elektrik
Letakkan bagian magnet di sekeliling coil, sehingga menimbulkan aliran listrik bila alt dijalankan.
Set sentrifuge pada rpm tertentu.
Aliran listrik yang timbul akan menggerakkan bagian meter.
Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer.
Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.
- Strobe light
Alat ini digunakan bila tachometer tidak dapat menjangkau motor. Pemeriksaan dilakukan beberapa kali dan hitung nilai rata-rata. Kecepatan putar/rpm masih dapat diterima bila penyimpangan nilai rata-rata tidak lebih dari 5%.
2). Kalibrasi alat pencatat waktu
- Set sentrifuge pada waktu yang sering dipakai misalnya 5 menit.
- Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch.
- Pada waktu sentrifuge berhenti, matikan stopwatch, catat waktu yang ditunjukkan stopwatch.
- Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.
- Alat pencatat waktu masih dapat diterima bila penyimpangan nilai rata-rata tidak lebih dari 10%.
g. Spektrofotometer
1). Ketepatan pengukuran absorben
Kalibrasi dilakukan setiap minggu. Kalibrasi dilakukan dengan memakai larutan 50 mg atau 100 mg/L potasium bichromat (K2Cr2O7) 0,8 N asam sulfat.
2). Ketepatan panjang gelombang
Kalibrasi ini dilakukan setiap 6 bulan. Kalibrasi dapat dilakukan menggunakan beberapa cara :
a). Dengan warna sinar
Kalibrasi berdasarkan pengamatan warna, hasilnya kurang teliti.
b). Dengan lampu Deuterium
0,4 nm.Hanya dapat dilakukan pada spektrofotometer UV-Vis, cara : apakah % T maksimum ada pada panjang gelombang 656
c). Dengan filter Didynium atau Holmium Oxide
d). Dengan standar filter bersertifikat
3). Linearitas alat
Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan. Kalibrasi linearitas dapat dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu terhadap konsentrasi larutan yang berbeda-beda yang telah diketahui nilainya.
a). Larutan Kalium bikromat untuk daerah UV (<400 nm), dengan serial konsentrasi.
b). Larutan Cobalt ammonium sulfat untuk daerah panjang gelombang lebih dari 400 nm.
c). Filter standar bersertifikat yang telah diketahui %T pada panjang gelombang tertentu.
4). Stray light
Stray light adalah cahaya lain diluar panjang gelombang tertentu yang tidak diinginkan. Sumbernya dapat berasal dari sinar yang bocor dari luar, sinar dari panjang gelombang lain atau dari alat itu sendiri. Misalnya kerusakan monokromator dan pembiasan sinar yang jatuh pada kuvet. Stray light dapat mengakibatkan alat kehilangan linearitas dan terjadi pergeseran puncak absorbsi. Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan. Kalibrasi dapat dilakukan dengan :
a). Larutan sodium iodida
b). Gelas corning vicor
c). Standar filter bersertifikat.

3. Uji Kualitas Reagen
Uji kualitas reagen harus dilakukan :
a. Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat.
b. Setiap minggu (sangat penting untuk larutan pewarna Ziehl Neelsen)
c. Bila sudah mendekati masa daluwarsa.
d. Bila ditemukan / terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan)
e. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan.
Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :
a. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut.
b. Menggunakan strain kuman.

Uji kualitas Antigen-Antisera :
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan antisera :
a. Penggunaannya harus mengikuti petunjuk pabrik.
b. Setiap akan digunakan, antigen atau antibodi dalam botol harus dikocok dahulu dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.
c. Simpan pada suhu yang dianjurkan.
d. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.
e. Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
f. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai antigem-antisera bila masa kadaluarsanya terlampaui.
g. Untuk menguji aglutinasi antisera, gunakan kultur kuman segar dan murni yang diketahui reaktifitasnya.
h. Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan beberapa serum kontrol yang sudah diketahui reaktifitasnya.
i. Jika memungkinkan, nyatakan kekuatan serum kontrol dalam UI per ml.
j. Pasangan serum masa akut dan konvalesen dari penderita yang sama harus diperiksa dengan nomor batch yang sama.
k. Untuk diagnosa serologik sifilis, hanya digunakan prosedur baku nasional atau internasional.
l. Setiap batch pemeriksaan serologis harus diikuti :
1). Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)
2). Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)
3). Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi)
m. Titer seluruh serum kontrol harus selalu dicatat.


Uji kualitas antigen- antisera :
a. Uji kualitas antigen
1). Uji biokimia
2). Uji fisik kimia
3). Uji aglutinasi
4). Uji titrasi
5). Uji kemurnian
6). Uji binatang percobaan

b. Uji kualitas antisera
1). Uji aglutinasi
2). Uji titrasi
3). Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl

4. Uji Ketelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan adalam pengujian ini adalah :
a. Periode pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, imunoserologi maupun kimia lingkungan. Cara :
1). Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.
2). Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir periode pendahuluan pada kolom x.
3). Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean), standar deviasi (SD). Koefisien variasi (CV), batas peringatan 3 SD). 2 SD) dan batas kontrol (mean (mean
4). Teliti kembali 3 SD. Bila ada, maka nilaiapakah ada nilai yang melebihi batas mean 2 SDtersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean 3 SD.dan mean
5). Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan Periode kontrol.

b. Periode kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan cara dalah sebagai berikut :
1). Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa.
2). Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
3). Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar Deviasi Index) dengan rumus :
Xi - mean
Satuan SD = ---------------
SD
4). Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan S.

c. Evaluasi hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati 3 S.batas x
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.

5. Uji Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di luar rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih tepat sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

0 komentar:

Posting Komentar